Dari segi mana pun aku tetap salah dalam kejadian ini. Tapi aku bersikap tenang seolah-olah ini kecelakaan murni. Awal mulanya aku mendapat SMS dari salah satu temanku. Itu sudah menjadi kebiasaanku kalau medapat SMS atau telpon pasti langsung aku jawab meskipun posisiku berada di atas kendaraan bermotor.
Aku melihat kendaraan bermotor yang ada di depanku masih jauh, kira-kira berjarak 20 meteran. Saat aku membaca SMS dari ponselku sekali-kali aku pandangi depan, masih dalam jarak aman. Sekali lagi aku mencoba untuk membacanya, tiba-tiba mobil pic up yang ada di depanku mengerem mendadak, karena ada mobil di depannya yang sedang belok ke kanan. Di tempat kejadian tersebut ada pertigaan lampu merah.
Kejadian sangat cepat aku tidak bisa mengendalikan motorku, tanpa terkendali motorku menabrak motor yang ada di depanku. Motor yang aku tabrak oleng kehilangan kendali dan akhirnya jatuh tergelincir ke tengah jalan beraspal. Begitu juga dengan diriku aku terjatuh dari atas motorku dan terpeleset ke tengah jalanan juga sambil menggenggam ponsel jadul yang aku mainin saat berkendara tadi. Dalam keadaan terjatuh aku merasakan seperti kejadian empat tahun silam, kecelakaan sampai berakibat gegar otak.
Syukurlah aku hanya mendapatkan luka lecet pada lutut dan mata kaki bagian kiri. Tapi beban materi yang aku tanggung sangat besar. Lumayan menguras separuh gajiku...(hikz...hikz...T_T). Harta masih bisa di cari tapi nyawa mau beli di mana? Aku selamat dalam kecelakaan tersebut sangat bersyukur meski posisiku salah.
Dengan kejadian ini aku di tunjukkan bahwa maut masih mengintaiku bila aku lengah dalam segala hal yang aku lakukan. Meski kadang aku tidak pernah ber SMS dalam berkendara, tapi pikiranku selalu tidak konsentrasi dalam berkendara. Otakku kosong entah apa yang aku pikirkan selama aku mengendarai motor. Jika bahaya sudah mengancam aku langsung tersadar dari lamunanku. Motor yang aku kendarai goyah seakan-akan aku tidak dalam keadaan berkendara.
Entah gejala apa yang terjadi dalam diriku ini. Aku selalu berusaha konsentrasi dalam berkendara. Tapi saat jiwa sudah melayang dalam angan, aku sudah tidak bisa mengendalikan lagi. Semoga aku bisa memperbaiki kesalahan ini. Apakah hidupku hanya untuk memikirkan sesuatu yang tidak jelas dan kurang pasti. Hanya diri kita yang bisa mengendalikan pikiran kita, menuntun diri kita sendiri kearah jalan yang benar. Amien...Ya Robbal Alamien.