Awalnya pekerjaan desain mendesain tercetus di kantor yang sempit ini bermula ketika saat dimana mendekati promo ujian EJU (Examination japanese University) dimana dalam bagian promo itu harus ada poster informasi tentang EJU dan kantor kami perwakilan dari EJU wilayah Indonesia Timur di tunjuk untuk membuat poster EJU. Yah...dengan berbagai keruwetan dan ribetnya dalam ngurusin poster EJU, tidak heran jika JASSO Indonesia dan pihak EJU wilayah Indonesia pusat tepatnya di UI (Universitas Indonesia) tidak sanggup membuatnya. Entah itu alasan SDA-nya atau malas dengan keruwetan alur pembuatan poster EJU tersebut, sehingga di lempar ke kantor ku yang Nomaden.
Aku mengajukan diri untuk membuat poster itu daripada ongkos untuk membuat poster itu di kasihkan ke jasa pembuatan poster, itung-itung lumayan ada pemasukan tambahan buat jajan premen. Pihak kantor yang mengurusi bidang EJU mengiyakan saja dengan alasan biar cepat dan tidak harus bolak-balik ngurusin kalau ada revisi. Lalu aku mencoba membuat desain poster itu kemudian aku serahkan hasil jadi ketiga desain tersebut kepada bagian EJU. Kemudian di kirim ke pihak JASSO Japan untuk mendapat persetujuan dan memilih salah satu dari ketiga desain tersebut.
Setelah mendapat ACC dari JASSO Jepang tidak selesai begitu saja, tapi harus di kirim juga ke JASSO Indonesia dan Pihak EJU UI (Universitas Indonesia) untuk memilih salah satu poster dari ketiga poster itu. Jadi seperti poling, mana dari ketiga poster itu yang terpilih ya itulah yang nantinya akan naik cetak. Tapi berdasarkan pengalamanku meski suara terbanyak yang menang tapi kami tetap mengutamakan suara utama dari JASSO japan dengan alasan merekalah yang menyuplai dana buat acara demikian. So...poling yang kami lakukan di sini hanya unsur formalitas saja.
Desain 3 yang terpilih
Selanjutnya tahap pencetakan. Nah di tahap ini sebenarnya aku juga bisa mendapatkan pemasukan tambahan lagi dengan cara aku cetak di percetakan kenalan ku sehingga aku bisa dapat harga murah dengan kualitas lebih baik. Tapi lagi-lagi yang namanya sifat manusia beraneka ragam, si mbak nya yang mengendalikan keuangan kantor kami dulu tidak setuju dengan ide ku. Dia malah menghendel urusan cetak mencetak tersebut ke percetakan yang dia kenal sendiri. Apa boleh buat aku juga tidak berani membantah aku serahkan saja tugas itu sehingga tugas ku selsai sampai di desain saja.
Setelah semuanya beres dan pelaksanaan EJU juga sudah selesai tinggal pembagian Honor dari semua karyawan yang terlibat EJU. Aku memberanikan diri bertanya mengenai honor pembuatan poster EJU karena di slip honorarium tidak ada penjelasan mengenai honor desain poster. padahal itu kalau mendesain di luar mahal loh jasa nya. Bagi yang berkecimpung di dunia percetakan tahu itu. Dan apa jawaban yang aku dengar "itu kan sudah bagian dari kerja kamu masak masih minta imbalan desain". Setelah di usut dan meminta persetujuan dari big Boz ternyata turun juga honor desain ku meski tidak sebanyak yang aku harapkan. Alhamdulillah.
Suatu ketika saat amplop dan kertas surat kantor kami habis. Maksud hati biar aku saja yang meng-handle urusan cetak mencetak dengan alasan aku kenal sama percetakannya dan dapat harga murah. Ternyata si pemegang kunci utama kamtor kami tidak mau. Dia mengurusnya sendiri untuk urusan itu. Dan apa hasil yang di dapat? dapat harga mahal dan hasilnya tidak seberapa bagus. Aku cuman pasang muka nyengir dalam hati berkata "dapat harga mahal kan, apa aku bilang". ya sudah lah itu bukan wewenang ku dan mungkin itu jugan bukan bagian dari hasil rejekiku. Aku percaya Allah selalu ngasih rejeki kepada insannya dengan cara yang berbeda-beda.
Sejak saat itu aku tidak mengusulkan ide-ide baru lagi. Entah itu mengenai EJU atau sesuatu hal yang baru untuk kemajuan kantor. Karena ide ku tidak ada harganya sama sekali. Di sini yang ada harga MATI, sehingga tercetus kata LOYALITAS. Di mana kamu bekerja ya dedikasikan dirimu untuk kepentingan kantor supaya lebih maju dan berkembang. Sampai sekarang tanpa aku meminta aku sudah di suruh sendiri untuk membuat poster bila sudah mendekati waktunya Promo. Dan tanpa meminta lagi honor hasil mendesain poster sudah di berikan pada waktunya.
Aku minta pendapat pada kalian yang sudah bekerja di perusahaan dimana tempat anda bekerja. Apakah kata LOYALITAS itu memang harus di terapkan dan di laksanakan? Mungkin bagi sebagian orang setuju dengan kata LOYALITAS tapi ada juga yang tidak setuju dengan alasan macam-macam yang tidak mungkin aku sebutkan di sini. Kalau alasanku tidak setuju dengan LOYALITAS yang aku maksudkan di sini, karena aku menerapkan LOYALITAS tidak ada bedanya dengan tidak menerapkan. Paling tidak perusahaan tahu dan mengerti kalau orang tersebut menerapkan loyalitas sehinga orang tersebut mendapatkan bonus yang setimpal dari perusahaan tanpa ada hitam di atas putih. Bahasa kasarnya "sama-sama ngerti".
Tapi tidak bagi kantor tempat di mana aku bekerja. Di sini ide sangat murah sekali bahkan tidak ada harganya. Aku menyatakan seperti ini karena aku sudah menelan janji-janji manis yang di maklumatkan oleh big BOS. Dan hasilnya NIHIL bagaikan kapur barus yang hilang yeng di hembus udara dan hilang wanginya bersamaan kapur barus itu habis. Dan akhirnya aku menerapkan "Silent is Gold" meski aku sudah kerja srabutan tetep saja hasilnya sama. Jadi kenapa aku harus susah payah menaikan popularitas kalau hasilnya sama saja.
Mungkin kisah ini tidak baik di tulis di sini tapi intinya aku tidak menjelek-jelekan seseorang tanpa sebab-akibat. Dan mungkin pembaca blog ada yang tidak setuju dengan tulisan ini jadi aku mohon maaf. Semoga tulisan ini menjadi hiburan semata, karena aku murni mencurahkan ini dari hati yang paling dalam tanpa ada paksaan. Semua aku kembalikan pada kalian yang membaca tulisan ini. Semoga hari esok lebih baik.
Loyalitas menurutku sih memang perlu; tetapi harus ada timbal baliknya juga kan. Jadi seimbang gitu. Kita loyal, tetapi memang ada benefit yang kita rasakan juga :) . Kan pada akhirnya kita harus realistis juga :) .
ReplyDeleteNah itu mas, timbal-baliknya itu loh gak ada sama sekali. Akhirnya jadi malas kan kalau mau ngapa-ngapain di luar Job Desk.
DeleteKalau nggak ad atimbal balik ynag sesuai ya memang malas Ar
DeleteYa begitulah mbak Ely.
DeleteThe reward of we work is not what we get, but what we become. Salam
ReplyDelete"What We Became" sulit juga ya...tapi sering kayak gitu. Awalnya ikhlas saja tapi kalau keterusan mau gimana lagi. Seperti saat ada keperluan keluar oke satu dua kali gak minta ganti ongkos transport, tapi malah sering. Jadi ya saya hormati pendapat Mas Ciput. Terima kasih.
Delete