Wednesday, November 12, 2008

Kekerasan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)

Sejak tahun 2006 sudah dua kali kejadian yang terungkap dalam dunia pendidikan di Indonesia. Satu lagi tragedi kekerasan yang terjadi di Sekolah Tinggi milik pemerintahan. Belum lama setelah kejadian kekerasan yang terjadi di IPDN kini muncul lagi kejadian serupa. Kali ini kekerasan terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran atau biasa disingkat STIP, yang mengakibatkan salah satu taruna tingkat dua yang bernama Jégos luka parah, sehingga menyebabkan gegar otak dan dilarikan ke Rumah sakit untuk perawatan. Mengetahui hal itu keluarga korban tidak terima dan melaporkan ke pihak berwajib, untuk menyelesaikan permasalahan yang berkepanjangan.

Malam ini (12/11) Paman korban bernama Irwansyah di wawancarai oleh salah satu TV swasta di Indonesia untuk dimintai informasi tentang kejadian tersebut. Menurut pamanya keponakanya itu di pukuli dan ditonjok-tonjok hingga menyebabkan gegar otak, seperti yang terekam di kamera video yang ditayangkan di televisi. Alasan pemukulan tersebut dikarenakan korban menolak memotong rambut. Kejadian pemukulan itu sama persis dengan kejadian pemukulan di IPDN setahun silam yang mengakibatkan tewasnya salah satu taruna IPDN. Menurut keluarga korban Jègos tidak pernah menceritakan perihal penonjokan kepada keluarganya. Hal itu terkesan disembunyikan dari orang luar. Setelah mengalami luka yang sangat serius barulah bercerita kepada keluarganya terlebih lagi pada media massa. Begitu juga dengan adikku yang sekolah di Pelayaran Surabaya, tidak pernah menceritakan perihal hukuman yang pernah dilayangkan padanya. Tapi untunglah tidak terjadi apa-apa dengan adikku selama menimba ilmu pelayaran di Surabaya.

Dari serentetan kejadian yang menimpa kampus IPDN, sekolah-sekolah yang menganut sistem kedisiplinan tingkat tinggi tidak pernah mengkoreksi diri, apakah sistem pendidikan yang diterapkannya sudah bebas dari masalah senior vs junior. Karena masalah senior dan junior tidak ada ujung pangkalnya. Seperti majikan dan pembantu yang mempunyai batasan tingkat derajat sosial.

Dengan kejadian yang menimpa STIP kali ini, semoga sekolah-sekolah yang menganut sistem kedisiplinan tingkat tinggi bisa merubah dan membenahi sistem pendidikan yang seperti premanisme. Apakah STIP patut dirubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Preman? Karena para tarunanya di didik dan dibekali dengan ilmu pukul memukul supaya menjadi kuat dalam menghadapi juniornya kelak. Kapan mata rantai antara senior dan junior berakhir? Hal itu tidak mudah memutuskan mata rantai antara senior dan junior. Harapan saya semoga tidak terjadi korban selanjutnya yang mati konyol gara-gara ditonjokin seniornya. Dan semoga pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju seperti pendidikan di negara-negara berkembang lainya. Bagaimana dengan tanggapan kalian? Maju terus pendidikan Indonesia.

3 comments:

  1. sungguh sangat menyedihkan melihat aksi yang disuguhkan di sekolah kedinasan macam STIP, STPDN, dan lain-lain... mereka dididik bukan untuk melakukan kekerasan, tapi pengayom masyarakat..... duh.....

    ReplyDelete
  2. APAAA???

    ternyata IPDN manular????

    yaaa.... nggak gaul ah...

    ReplyDelete
  3. kurang terarah menurut saya, boleh disiplin tetapi jangan sampai jatuh korban

    ReplyDelete