Friday, November 18, 2011

Hati yang Beku

Hari ini Jum'at 18 Nopember 2011, tidak ada kejadian penting yang dapat dijadikan patokan sejarah buatku. Seperti biasa aku nyaman dalam buaian mimpi yang tanpa sadar membuatku terjaga tengah malam. Entah mimpi apa semalam aku lupa, aku mencoba untuk mengingatnya mencoba mengolah memory dalam otak ku yang sudah usang dimakan usia. Benar-benar blank tanpa berbekas mimpi semalam hilang tanpa ter save dalam hard disk ber tera-tera giga byte sampai-sampai manusia sepintar apa pun di dunia ini tidak bisa mengukur jumlah kedalaman otak manusia.

Seperti biasa aku berangkat ke ladang tempat aku mengais berlian telat dari jam yang sudah di tentukan oleh aturan. Karena suatu alasan yang spele jam 8 seharusnya berada di ladang tapi aku masih membersihkan diri tanpa terkecuali. Santai menjalankan aktivitas secara rutin seperti itu tanpa ada satu pun yang terlewatkan. Tanpa check clock semua berjalan terencana, tidak ada aturan yang tidak di langgar tapi semua masih dalam batas kewajaran. Semua itu seperti sudah di gariskan dalam takdir bahwa kantor ini harus menanggung beban mental para individu.

Baru melangkahkan kaki setelah menaruh helm di rak tempat helm yang ditempeli kertas bertuliskan "Tempat Helm" di cetak bold, meski pun tercetak sangat tebal tulisan itu tapi tetap saja para pelaku pelanggaran tetap tidak menaruh helm pada tempatnya, atau kurang jelas bahasa tersebut, entahlah, terdengar dari ruangan sebelah berteriak memanggilku. Ada apa gerangan, tidak mungkin aku dimarahi gara-gara telat karena telat sudah bagian dari budaya kantor ini. "Aku koq tidak bisa download ini? kenapa?" aku buru-buru menghampiri ruangan tersebut melihat apa yang terjadi pada desktop PC tersebut.

File berekstensi pdf yang diinginkan untuk bahan ajar di kampusnya tidak juga terdownload. Ada apa gerangan? setelah ditelusuri, pdf reader juga menghilang kemana? ada saja kejadian yang harus di selesaikan, banyak kasus yang terjadi meski sepele. Sepertinya ada hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu supaya aku tidak kewalahan dalam menagani serangan amunisi setiap hari. Beres...it's oke, I can control that. I'm DONE.

Hubungan dengan klien tak selamanya indah. Of course...karena klien itu bukan pacar kenapa harus mesra terhadap klien? ini bukan bisnis bernilai miliaran rupiah, jadi fine-fine aja aku bersikap dingin terhadap para klien. Seperti simbiosis mutualisme ada saling membutuhkan dalam suatu hubungan bisnis dan ini berlaku juga disini. Aku menjalankan semua ini sudah megikuti patern yang sudah di tentukan. Aku tidak perlu susah-susah menjalankan bisnis ini tanpa mengeluarkan tenaga extra. Tiggal telpon, kringgg.........!!! beres.

Syarat yang aku ajukan sangat mudah, barang terkirim kredit 20 hari kerja setelah barang diterima, pembayaran transfer dan bukti transfer harus di kirim via fax atau e-mail. Sangat mudah bukan itu saja masih malas untuk mengirimkan bukti transfer via fax. Pasti ada aja alasan yang di kemukakan, masih di luar kantor lah, masih kebawa sama sekertaris lah, mesin fax nya macet lah, bla ~ bla ~ bla ~ dan sebagainya. Oke...I Know, It's the individual reason. Tapi kalau sudah menyangkut urusan harga diri, aku lebih baik diam, tanpa komentar apa pun hanya mendengarkan dan mendengarkan mencoba bertahan dengan ego ku.

Pernah suatu hari pas stock kita lagi kosong, dan barang masih dalam proses percetakan, ditambah krisis moneter yang diakibatkan budget meningkat gara-gara renovasi, maintenence, new project, dan sebagainya sehingga proses cetak mencetak agak seret dikarenakan oli pelumas rupiah tak kunjung dibayar. Aku di maki-maki melalui telpon oleh salah satu klien Jakarta yang jelas-jelas dari sebelum aku masuk sudah di cap CEREWET. "GOBLOK Bisa kerja ndak? saya pesan dari kemarin kosong terus, saya jadi rugi sehingga membatalkan dengan klien saya, mana boz kamu saya ingin bicara" Oke aku terima makian itu dengan lapang dada telingaku tidak budeg, aku sudah terbiasa di maki seperti itu, jadi masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Dengan santainya telepon aku berikan pada si bos dan aku duduk manis mendengarkan pembicaraan tersebut. Sungguhnya si bos tahu persis mana yang benar dan mana yang salah.

Sejak kejadian tersebut klien yang cerewet tersebut sekarang berubah menjadi lemah lembut kalau bicara, entah wejangan apa yang disampaikan oleh si bos terhadap klien tersebut. Dasar emang aku sudah bersikap dingin dari awal sehingga malah bertambah dingin saja sikapku terhadapnya. Hatiku sudah beku disini, meski suhu atmosfer kota Surabaya membara tak juga mencairkan kebekuan hati ini. Ingin segera mencairkan kebekuan hati ini tapi entah sampai kapan itu bisa terlaksana. Mencoba ingin mencari tahu jawabannya tapi sang waktu terus berjalan dan aku harus bisa mengejar sang waktu, supaya menemukan jawaban yang selama ini aku cari.



Copyright © arqu3fiq 2011


5 comments:

  1. inilah dunia dengan warnanya. seperti di surabaya, di kabupaten ini juga sedang panas dan belum kunjung mencairkan kebekuannya

    ReplyDelete
  2. Itu fotonya kenapa itu? B))
    Itu ceritanya lagi apa itu? Huehe, coba mas hatinya di jemur dulu cobaaa.. Biar nggak beku *eh ngaur* B)

    ReplyDelete
  3. iya males ya kalo kerja udah marah gitu. jadi ngakkonsen lagi. padahal kan kalo damai aja lebih asik. hhmmmm alhmdulillah si klien nya udah baik lagi.

    ReplyDelete
  4. Wah... Jahat banget ya klien itu..
    Hehehe..

    Oya Mas..

    Saya butuh partisipasinya sahabat untuk menarunh link blognya di Kopiah Putih..

    Kunjungi Kopiah Putih ya..

    Terimakasih.

    ReplyDelete