Monday, November 21, 2011

About Him, Her and I

"Dasar brengsek. Cowok kurang ajar. Memang semua cowok gak punya perasaan. Egois. Maunya menang sendiri." Wat de hel...Aku sebagai cowok mendengar ocehan dari sahabatku cewek merasa tidak terima kalau cowok dikatakan demikian. Tidak semua cowok seperti itu aku harus bisa meyakinkan sahabatku ini.

Tapi aku bingung. Sebagai cowok aku tidak terima mendengar statement yang menyudutkan kaum adam. Di sisi lain aku sebagai sahabatnya merasa perlu mendengar keluh kesah apa yang dia utarakan kepadaku. Beginilah jadi sahabat, susah senang dirasakan sama-sama, tapi lebih banyak susahnya kali dari pada senangnya. Kayaknya senangnya sudah habis, dihabiskan pas waktu jaman kuliah dulu.

Oke...aku harus menyelidikinya terlebih dahulu. Apa gerangan yang terjadi sampai membuat sahabatku menangis meratapi kesedihannya putus dengan cowok pujaannya. Usut punya usut, ternyata dia pacaran backstreet sama cowok tersebut. Awalnya aku tidak percaya kalau kemesraan itu terus berlanjut meski ditentang oleh kedua ortunya. Hadeh...kayak jaman siti nurbaya ajah. pusing gue degerin curhatnya.

Lha apa coba, tiap dia curhat pasti gue merasa terbebani mental. Gue nasehatin sampe mulut gue berbusa tetap aja kalah abadi sama yang namanya cinta mati. Rasanya gue ceramah panjang kali lebar kali tinggi gak ada gunanya. Dia tetap pada pendiriannya mempertahankan cinta matinya bersama pria brengsek itu. Nah...gue juga ngatain brengsek ke cowok tersebut, why?

This is story about him. Dia tuh sebenarnya care sama sahabatku itu, pantas untuk di jadikan bapak dari anak-anak kelak yang akan di lahirkan nanti, itu pun kalau seandainya get maried. Tapi berkat tuntutan dan himpitan ekonomi di keluarga si cowok tersebut dia jadi tulang punggung keluarganya sedangkan karirnya tidak begitu mapan. Api cinta yang berkobar di hati sahabatku ini begitu membara, sampai-sampai dia rela berkorban demi sang pangerannya. Dia bela-belain telat kerja demi ngurus perlengkapan surat lamaran kerja demi terjaminnya kehidupan sang pujaan.

Pas klimaks nya sahabatku itu minta di lamar biar hubungan ini jadi serius tidak terombang ambing bagai bahtera yang lepas dari ikatannya. Tak tahu arah kemana cinta itu akan di bawa. Pengorbanan yang tulus tidak akan menjadi sia-sia dengan memintanya untuk segera membina rumah tangga. "Must soon purpose to marriage".

Tapi apa? cowok tersebut menolaknya dengan halus, butuh waktu, butuh timing yang pas? "Go to hell...butuh timing apa lagi? nunggu 2012?" bantah sahabatku. One thousand reasons disemburkan sampai telinga jadi tuli beberapa saat. But....sahabatku masih saja mengekor sama cowok tersebut. Sudah ratusan ribu anggaran di keluarkan buat sang pangeran. Kalau buka matre apa coba namanya. Atau lebih tepat dimanfaatkan karena dia tahu kalau dia cinta banget sama dirinya. Dia diperas perlahan-lahan sampai tinggal ampasnya saja. Tapi sahabatku tidak menyadari itu semua. Semua resiko di hadapi tak perduli apa pun yang terjadi. Jadi gue ikut-ikutan nge cap dia sebagai cowok brengsek. Pantaskah seorang pria setuju dengan statement tersebut bila memang kenyataannya seperti itu.

Now...Cerita itu perlahan memudar. Apa yang terjadi aku sudah tidak mengetahuinya lagi. Apakah masih backstreet sama cowok brengsek tersebut apa tidak aku juga tidak berhak bertanya tentang dia pada sahabatku. Sahabatku sibuk bekerja demi menata karirnya. Aku juga sudah jarang main ke rumahnya dimana keluarganya sangat ramah terhadapku. Aku merasa bersalah tidak pernah berkunjung kerumahnya seperti aku telah melupakan saat-saat bersama bersama "Go Nin Setto" dan para kumbangnya. Habis bagaimana lagi, aku juga sibuk jadi jarang bisa berkeliaran layaknya dulu yang belum punya tanggung jawab. Semoga cita-cita mu tercapai sahabatku, rencana menikah tahun tahun depan semoga terkabulkan. Amien...

Tak terasa air mataku menetes, aku merasakan kesedihan yang saya derita. Sah sah saja kan seorang pria menangis merasakan hati yang pilu? derita seorang pria yang kesekian kalinya meratapi usia yang tak kunjung sempurna. "Apakah persahabatan jadi pacar? jangan-jangan kamu suka dia?" Oh No...ini bukan film Kuch Kuch Hota Hai kawan, aku tidak mau bila persahabatan berakhir di pelaminan. Sulit bagiku untuk merealisasikan khayalan film menjadi kenyataan. Dunia tak sesempit daun kelor. So...I must complete my great expectation.


Copyright © arqu3fiq 2011

13 comments:

  1. Kadang dalam kehidupan riil emang ada hal seperti itu, mensikapi sesuatu adalah perlu penalaran, pemahaman juga permakluman akan sebuah kondisi.

    Salam

    ReplyDelete
  2. jadi bener kan kalo cowo itu BRENGSEK, KURANGAJAR, EGOIS & GA PUNYA PERASAAN *jadi ikut emosi

    ReplyDelete
  3. aah, itulah wanita..
    suka gak ngerti saya liat mereka,
    yang jelas mereka mahluk mulia, kesayangan Allah..
    walau saya juga pernah nyakitin satu dari mereka..

    :)

    ReplyDelete
  4. Tidak semua laki-laki
    bersalah padamu,
    love,peace and gaul.

    ReplyDelete
  5. Persahabatan berakhir dipelaminan juga ga ada salahnya.
    Loohhh.. :P

    Salam.. .

    ReplyDelete
  6. tuh temen cewe nya gak nyadar yo mas,, di sedng curhat dengan seorang cowo ,,hehe jgn2 dia tdk menganggap kamu cowo mas, loh kok,,,:)

    ReplyDelete
  7. kali bener kata org ya, cinta bikin mata buta dan tak berlogika ?

    membayangkan jd kamu sulit juga ya, biasanya khan pria pakai pikiran nggak kayak wanita yg sering cuma mengandalkan perasaan, itu baru aku sadari setelah menikah :).. jadi mungkin sahabatmu itu msh belum terbuka mata dan pikirannya ttg cowok yg dikatakan brengsek tsb

    btw, byk juga kok persahabatan yg berakhir dgn cinta ... why not ? biasanya dua sahabat sdh saling tahu baik dan buruk di keduanya khan ?

    ngomong soal cowok yg menangis,suamiku itu kalo liat aku nangis krn sakit, ato kl lagi sedih, dia jadi ikut nangis , otomatis gitu, jadi normal kok cowok nangis

    ReplyDelete
  8. lupa .... mau bilang lihat fotomu itu jadi keingat salah satu adegan di film titanic, cuma nggak ada ceweknya :) ... lokasi di mana ya fotonya ?

    ReplyDelete
  9. hmmm kok bisa gitu ya. sabar ya bro. ya udah nikahin aja sahabay nya bro. jadi kan ada pelindung dia.

    ReplyDelete
  10. Ehm...Dasar COWOK!

    Sah sah saja kan seorang pria menangis merasakan hati yang pilu?

    Sangat sah mas..

    Tidak ada larangan apapun.

    Hehehe..
    Maklum doyan nangis juga.

    ReplyDelete
  11. @Ely Meyer : Oh jadi begitu ya mbak? kalau itu tangisan cinta mbak namanya. BTW itu foto di atas perahu di wisata mangrove Surabaya.

    ReplyDelete
  12. One thousand reasons ? Menurutku Simply reason: di hatinya belum 'klik' jika dia the one untuk dirinya sehingga akan muncul berderet alasan excusing. Saat s'o menemukan soulmate'nya, will be no more reason. Laut kan di seberangi, api kan di padamkan, gunung kan di daki...hemm apa lagi ya?... Hutan mangrove di Surabaya itu di daerah mana ya? hehehe, jadi malu.com enggak tahu wisata mangrove di surabaya # follower 63#

    ReplyDelete